KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin,
banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala
puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat,
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah dengan judul ”PERANAN IMAN DALAM MENGHADAPI DAMPAK
GLOBALISASI”.
Dalam penyusunannya, penulis
memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya.
Meskipun penulis berharap isi
dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang
kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
agar makalah ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata penulis berharap agar
makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR …………………………………………………...…..
1
DAFTAR
ISI ……………………………………………………………..….
2
BAB I
PENDAHULUAN ………………………………………………....….
3
A. Latar
Belakang Masalah …………………………………….................……... 3
B. Rumusan
Masalah …………………………………………………. 5
C. Tujuan
dan Manfaat penulisan …………………………………….. 6
BAB
III PEMBAHASAN ………………………………………………….
7
A. Dampak
Positif Globalisasi ………………………………………... 7
B. Dampak
Negatif Globalisasi ………………………………………. 8
C. Pengertian
Iman …………………………………………………… 9
D. Peran
Iman Dalam Menghadapi Globalisasi ……………………….
10
BAB IV PENUTUP
……………………………………………………….. 12
A. Kesimpulan
………………………………………………………... 12
B. Saran
………………………………………………………………. 12
DAFTAR PUSTAKA
……………………………………………………... 13
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Aktualisasi taqwa adalah bagian dari sikap bertaqwa
seseorang. Karena begitu pentingnya taqwa yang harus dimiliki oleh setiap
mukmin dalam kehidupan dunia ini sehingga beberapa syariat islam yang
diantaranya puasa adalah sebagai wujud pembentukan diri seorang muslim supaya
menjadi orang yang bertaqwa, dan lebih sering lagi setiap khatib pada hari
jum’at atau shalat hari raya selalu menganjurkan jamaah untuk selalu bertaqwa.
Begitu seringnya sosialisasi taqwa dalam kehidupan beragama membuktikan bahwa
taqwa adalah hasil utama yang diharapkan dari tujuan hidup manusia (ibadah).
Taqwa adalah satu hal yang sangat penting dan harus
dimiliki setiap muslim. Signifikansi taqwa bagi umat islam diantaranya adalah
sebagai spesifikasi pembeda dengan umat lain bahkan dengan jin dan hewan,
karena taqwa adalah refleksi iman seorang muslim. Seorang muslim yang beriman
tidak ubahnya seperti binatang, jin dan iblis jika tidak mangimplementasikan
keimanannya dengan sikap taqwa, karena binatang, jin dan iblis mereka semuanya
dalam arti sederhana beriman kepada Allah yang menciptakannya, karena arti iman
itu sendiri secara sederhana adalah “percaya”, maka taqwa adalah satu-satunya
sikap pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya. Seorang muslim yang
beriman dan sudah mengucapkan dua kalimat syahadat akan tetapi tidak
merealisasikan keimanannya dengan bertaqwa dalam arti menjalankan segala
perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya, dan dia juga tidak mau terikat
dengan segala aturan agamanya dikarenakan kesibukannya atau asumsi pribadinya
yang mengaggap eksistensi syariat agama sebagai pembatasan berkehendak yang itu
adalah hak asasi manusia, kendatipun dia beragama akan tetapi agamanya itu
hanya sebagai identitas pelengkap dalam kehidupan sosialnya, maka orang semacam
ini tidak sama dengan binatang akan tetapi kedudukannya lebih rendah dari
binatang, karena manusia dibekali akal yang dengan akal tersebut manusia dapat
melakukan analisis hidup, sehingga pada akhirnya menjadikan taqwa sebagai wujud
implementasi dari keimanannya.
Taqwa adalah sikap abstrak yang tertanam dalam hati
setiap muslim, yang aplikasinya berhubungan dengan syariat agama dan kehidupan
sosial. Seorang muslim yang bertaqwa pasti selalu berusaha melaksanakan
perintah Tuhannya dan menjauhi segala laranganNya dalam kehidupan ini. Yang
menjadi permasalahan sekarang adalah bahwa umat islam berada dalam kehidupan
modern yang serba mudah, serba bisa bahkan cenderung serba boleh. Setiap detik
dalam kehidupan umat islam selalu berhadapan dengan hal-hal yang dilarang
agamanya akan tetapi sangat menarik naluri kemanusiaanya, ditambah lagi kondisi
religius yang kurang mendukung. Keadaan seperti ini sangat berbeda dengan
kondisi umat islam terdahulu yang kental dalam kehidupan beragama dan situasi
zaman pada waktu itu yang cukup mendukung kualitas iman seseorang. Olah
karenanya dirasa perlu mewujudkan satu konsep khusus mengenai pelatihan
individu muslim menuju sikap taqwa sebagai tongkat penuntun yang dapat
digunakan (dipahami) muslim siapapun. Karena realitas membuktikan bahwa
sosialisasi taqwa sekarang, baik yang berbentuk syariat seperti puasa dan
lain-lain atau bentuk normatif seperti himbauan khatib dan lain-lain terlihat
kurang mengena, ini dikarenakan beberapa faktor, diantaranya yang pertama
muslim yang bersangkutan belum paham betul makna dari taqwa itu sendiri,
sehingga membuatnya enggan untuk memulai, dan yang kedua ketidaktahuannya
tentang bagaimana, darimana dan kapan dia harus mulai merilis sikap taqwa,
kemudian yang ketiga kondisi sosial dimana dia hidup tidak mendukung dirinya
dalam membangun sikap taqwa, seperti saat sekarang kehidupan yang serba bisa
dan cenderung serba boleh. Oleh karenanya setiap individu muslim harus paham
pos – pos alternatif yang harus dilaluinya, diantaranya yang paling awal dan
utama adalah gadhul bashar (memalingkan pandangan), karena pandangan
(dalam arti mata dan telinga) adalah awal dari segala tindakan, penglihatan
atau pendengaran yang ditangkap oleh panca indera kemudian diteruskan ke otak
lalu direfleksikan oleh anggota tubuh dan akhirnya berimbas ke hati sebagai
tempat bersemayam taqwa, jika penglihatan atau pendengaran tersebut bersifat negatif
dalam arti sesuatu yang dilarang agama maka akan membuat hati menjadi kotor,
jika hati sudah kotor maka pikiran (akal) juga ikut kotor, dan ini berakibat
pada aktualisasi kehidupan nyata, dan jika prilaku, pikiran dan hati sudah
kotor tentu akan sulit mencapai sikap taqwa. Oleh karenanya dalam situasi yang
serba bisa dan sangat plural ini dirasa perlu menjaga pandangan (dalam arti
mata dan telinga) dari hal – hal yang dilarang agama sebagai cara awal dan
utama dalam mendidik diri menjadi muslim yang bertaqwa. Menjaga mata, telinga,
pikiran, hati dan perbuatan dari hal-hal yang dilarang agama, menjadikan
seorang muslim memiliki kesempatan besar dalam memperoleh taqwa. Karena taqwa
adalah sebaik–baik bekal yang harus kita peroleh dalam mengarungi kehidupan
dunia yang fana dan pasti hancur ini, untuk dibawa kepada kehidupan akhirat
yang kekal dan pasti adanya. Adanya kematian sebagai sesuatu yang pasti dan
tidak dapat dikira-kirakan serta adanya kehidupan setelah kematian menjadikan
taqwa sebagai obyek vital yang harus digapai dalam kehidupan manusia yang
sangat singkat ini. Memulai untuk bertaqwa adalah dengan mulai melakukan
hal-hal yang terkecil seperti menjaga pandangan, serta melatih diri untuk
terbiasa menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya, karena
arti taqwa itu sendiri sebagaimana dikatakan oleh Imam Jalaluddin
Al-Mahally dalam tafsirnya bahwa arti taqwa adalah “imtitsalu awamrillahi
wajtinabinnawahih”, menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala
laranganya.
B.
Rumusan
Masalah
Bagaimana
peran iman dalam menghadapi dampak
globalisasi?
C.
Tujuan
dan Manfaat penulisan
Tujuan
disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas agama Islam dan menjawab
pertanyaan yang ada pada rumusan masalah.
Manfaat
dari penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan penyusun dan
pembaca tentang peran dan fungsi agama dalam kehidupan manusia
BAB II
PEMBAHASAN
PERANAN IMAN DALAM MENGHADAPI
DAMPAK GLOBALISASI
A.
Dampak
Positif Globalisasi
Globalisai
menimbulkan dampak-dampak positif diantaranya:
1.
Perubahan Tata Nilai
dan Sikap
Adanya modernisasi
dan globalisasi dalam budaya
menyebabkan pergeseran nilai dan sikap masyarakat yang semula irasional menjadi
rasional. Orang tidak lagi berfikir primitif. Cara bersikap dalam menghadapi
masalah dilandasi dengan pengetahuan, karena mudahnya memperoleh ilmu
pengetahuan.
2.
Memudahkan jalan dakwah
Dengan
mengglobalnya dunia dan kemudahan-kemudahan berkomunikasi terhadap sesama akan
memudahkan dalam menyebarkan dakwah islam. Bisa dilakukan dengan memanfaatkan
kecanggihan tehnologi, seperti internet dan hp.
3.
Berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi
Globalisasi membawa
dampak yang positif yaitu semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan tehnologi.
Berkembangnya ilmu pengetahuan didukung oleh kemajuan tehnologi. Para pelajar dan mahasiswa akan semakin mudah
memperoleh materi dan memperdalam materi
melalui kemajuan tehnologi.
Dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan
dan teknologi masyarakat menjadi lebih mudah dalam beraktivitas dan mendorong
untuk berpikir lebih maju. Orang lebih mudah berinteraksi tanpa harus bertemu
langsung. Jarakpun tidak menjadi kendala.
4.
Tingkat Kehidupan yang
lebih Baik
Dibukanya industri yang
memproduksi alat-alat komunikasi dan transportasi yang canggih merupakan salah
satu usaha mengurangi penggangguran dan meningkatkan taraf hidup
masyarakat.
B.
Dampak
Negatif Globalisasi
Dampak negatif
dari globalisasi diantaranya:
1.
Pola Hidup Konsumtif
Perkembangan industri
yang pesat membuat penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah. Barang dengan berbagai variasi yang menarik
membuat masyarakat hidup konsumtif. Masyarakat sekarang lebih suka berbelanja
di mol-mol daripada di pasar tradisional. Padahal harga dipasar tradisional
lebih murah. Tindakan yang seperti itu adalah tindakan pemborosan. Allah tidak
menyukai hambanya yang boros, sesuai dengan firmanNya dalam surah Al-Israa' ayat 26-27 :
“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat
akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah
kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah
saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” (Al-Israa'
: 26-27)
2.
Sikap Individualistik
Masyarakat
merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak lagi
membutuhkan orang lain dalam
beraktivitasnya. Kadang mereka lupa bahwa mereka adalah makhluk sosial.
Silaturahmi sudah tidak dianggap penting lagi.
Ketika lebaran
tiba ada yang meminta maaf dengan orang tua hanya lewat sms. Merasa bahwa sms
sudah mewakili.
Merasa bahwa
kesuksesan adalah buah karya sendiri tanpa ada campur tangan pihak lain, yaitu
Allah dan orang-orang disekitar kita.
3.
Gaya Hidup Kebarat-baratan
Tidak semua
budaya Barat baik dan cocok diterapkan di Indonesia. Budaya negatif yang mulai
menggeser budaya asli adalah anak tidak
lagi hormat kepada orang tua, kehidupan bebas remaja,
dan lain-lain. Budaya barat dilihat dari cara berpakain bertolak belakang
dengan islam. Dalam islam diwajibkan untuk menutup aurot dengan memakai pakaian
yang sopan tidak ketat, sehingga lekuk-lekuk tubuh tidak terlihat.
Dilihat dari
sisi lain, dari cara bergaul antara lawan jenis sudah tidak ada jarak lagi,
bahkan kadang malu-maluin. Gaya hidup orang barat wanita dan laki-laki berduaan
melakukan hal-hal maksiat setelah berdua-duan adalah hal biasa bagi mereka.
Masyarakat kita sudah banyak yang terkontaminasi dengan pengaruh tersebut.
4.
Kesenjangan Sosial
Apabila dalam suatu
komunitas masyarakat
hanya ada beberapa individu yang dapat mengikuti arus modernisasi
dan globalisasi maka akan memperdalam
jurang pemisah antara individu dengan individu lain yang stagnan. Hal ini
menimbulkan kesenjangan sosial.
C.
Pengertian
Iman
Pengertian iman dari bahasa Arab yang artinya percaya.
Sedangkan menurut istilah,
pengertian iman adalah membenarkan
dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan (perbuatan). Dengan demikian, pengertian iman
kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada
dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaanNya, kemudian pengakuan itu
diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan dengan amal perbuatan secara nyata.
Di dalam islam, terdapat rukun iman :
1.
Iman kepada Allah
2.
Iman kepada malaikat Allah
3.
Iman kepada kitab Allah
4.
Iman kepada Rasul Allah
5.
Iman kepada hari akhir
6.
Iman kepada qodo dan
qodar
Beriman kepada
Allah adalah kebutuhan yang sangat mendasar bagi seseorang. Allah memerintahkan
agar ummat manusia beriman kepada-Nya, sebagaimana firman Allah dalam Q.S. An
Nisa : 136
“Wahai orang-orang yang beriman.
Tetaplah beriman kepada Allah dan RasulNya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al
Qur’an) yang diturunkan kepada RasulNya, serta kitab yang diturunkan
sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasulNya, dan hari kemudian, maka sungguh orang itu
telah tersesat sangat jauh.” (Q.S. An Nisa : 136)
D.
Peranan
Iman dalam Menghadapi Globalisasi
Iman mempunyai
peranan penting dalam menghadapi dampak-dampak yang timbul akibat globalisasi,
khususnya dampak negatif dari globalisasi. Tanpa iman manusia akan mudah
terombang-ambing kesana kemari, karena didalam hatinya belum ada ketetapan
jiwa. Hati yang belum pasti percaya pada suatu prinsip mudah berubah-ubah
pendapatnya. Dimulai dari hati yang belum mantap akan berdampak pada pola
pikir, ucapan dan tindakannya.
Globalisasi adalah
perubahan yang tidak lambat-lambat,namun begitu cepat. Tidak peduli semua
manusia dapat mengikuti perkembangan itu atau tidak. Disinilah peranan iman
sangat diperlukan. Ketika ada perubahan-perubahan kita harus bisa menseleksi
terlebih dahulu. Mengikuti perubahan-perubahan yang terjadi selama tidak
menentang iman. Perubahan yang meresahkan jiwa tidak perlu diikuti.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kehidupan
didunia yang penuh dengan iming-iming kesenangan dunia, sering membuat kita
terlena dengan kesenangan sementara itu. Apalagi di era globalisasi yang penuh
dengan kemudahan. Kadang manusia memanfaatkan kemudahan untuk hal-hal yang
tidak dibenci Allah. Untuk membentengi diri kita dari pengaruh-pengaruh
negatif, manusia butuh iman yang kuat.
iman dapat menjadi dasar manusia dalam bertindak, membedakan mana yang
baik yang perlu diambil untuk dicontoh atau ditinggalkan hal-hal yang buruk.
Hal yang mendukung kuatnya iman adalah agama. Maka untuk menguatkan iman kita
perlu agama. Agama yang dirihoi Allah adalah agama Islam . Firman dalam surah
Ali imran : 19
B.
Saran
a.
Menjadikan iman kita sebagai
tolak ukur dalam bertindak. Supaya iman bertambah kuat, bergaulah dengan
orang-orang yang dekat dengan Allah. Teman adalah cermin dari diri kita.
b.
sebaiknya peran iman digunakan
sebagai:
1.
Iman sebagai pertahanan &
adaptasi arus budaya global yang dianggap kurang sesuai dengan budaya lokal
& ajaran islam.
2.
Iman sebagai alat untuk Memilih
& Menggunakan tenologi bagi kepentingan kebaikan publik – sekarang &
kedepan, sesuai ajaran islam.
3.
Iman sebagai filter & pegangan
dalam bersosialisasi, sesuai ajaran islam.
4.
Iman sebagai alat untuk memilih
& menyaring sistem & implementasi perkonomian yang akan dijalani bagi
kehidupan pribadi & lingkungan, sesuai ajaran islam.
DAFTAR PUSTAKA
Rusdi,Ahmad.
2009. ”Pengertian Iman” http://islamagamaku.wordpress.com/2009/07/25/pengertian-iman/
diunduh Sabtu 13 Oktober 2012
Voa Islam. 2009.
“Prinsip-prinsip Islam dalam kehidupan”
http://www.voa-islam.com/teenage/smart-teen/2009/11/19/1743/prinsipprinsip-islam-dalam-kehidupan-18/
diunduh Sabtu 13 Oktober 2012
Ibad,Khusnul. 2010. http://cintailmuku.blogspot.com/2010/10/qs-al-isra-ayat-26-27-menyantuni-kaum.html
diunduh Sabtu 13 Oktober 2012
2008. “Takdir,
Kehendak manusia dan Kehendak Tuhan” http://mrdayson.multiply.com/journal/item/4?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
diunduh minggu 14 Oktober 2012
2011. “Peranan
iman dalam era globalisasi”http://globalisasi-1992.blogspot.com/2011/12/peranan-iman-dalam-era-globalisasi.html
diunduh minggu
14 Oktober 2012
2009.“Dampak
Positif dan Negatif Globalisasi dan Modernisasi” http://mengerjakantugas.blogspot.com/2009/05/dampak-positif-dan-dampak-negatif.html
diunduh minggu 14 Oktober 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar